Ruang
lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami)
mencangkup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hinga kepada
sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak
bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat
dipaparkan sebagai berikut :
a.
Akhlak Terhadap Allah
Akhlak
kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau
perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah
disebutkan diatas.
Sekurang-kurangnya
ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena
Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah
yang diproses menjadi benih. Degan demikian sebagai yang diciptakan sudah
sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :
فَلۡيَنظُرِ ٱلۡإِنسَـٰنُ
مِمَّ خُلِقَ (٥) خُلِقَ مِن مَّآءٍ۬ دَافِقٍ۬ (٦) يَخۡرُجُ مِنۢ بَيۡنِ
ٱلصُّلۡبِ وَٱلتَّرَآٮِٕبِ (٧)
Artinya :
“Maka
hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari
air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.”
Kedua,
karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota
tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
Ketiga,
karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.
Keempat,
Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai
daratan dan lautan.
Banyak
cara yang dapat dilakuka dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara
tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas
terhadap segala ketentuan-Nya da bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selal bedoa
kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish
shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji
demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan
menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara
banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa
bertawakkal kepada-Nya, yaitu denganmenjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang
menguasai diri manusia.
b.
Akhlak Terhadap Sesama
Manusia
Banyak
sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perilaku terhadap
sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan
melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil
harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati
dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu
benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti
hatinya itu.
قَوۡلٌ۬ مَّعۡرُوفٌ۬
وَمَغۡفِرَةٌ خَيۡرٌ۬ مِّن صَدَقَةٍ۬ يَتۡبَعُهَآ أَذً۬ىۗ وَٱللَّهُ غَنِىٌّ
حَلِيمٌ۬
Artinya : “Perkataan
yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)
Disisi
lain Al-Qur’an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar.
Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan
salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik.
وَإِذۡ أَخَذۡنَا
مِيثَـٰقَ بَنِىٓ إِسۡرَٲٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ
وَبِٱلۡوَٲلِدَيۡنِ إِحۡسَانً۬ا وَذِى ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰڪِينِ
وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنً۬ا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّڪَوٰةَ
ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلاً۬ مِّنڪُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ
Artinya : “Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah
kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum
kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian
kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)
Setiap ucapan yang
diucapkan adalah ucapan yang benar,
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلاً۬ سَدِيدً۬ا
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)
Jangan
mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk
tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil
dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan.
Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi
pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang
pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepetingan sendiri.
c.
Akhlak terhadap
Lingkungan
Yang
dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.
Pada
dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari
fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara
manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung
arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai
tujuan penciptaannya.
Dalam
pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan
kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini
berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang
berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian
mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan,
bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai
sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Binatang,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT,
dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya.
Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah
“umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.
Pada
saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur’an yang melarang melakukan
penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan
menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus
seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi
kemashlatan terbesar. Allah berfirman :
مَا قَطَعۡتُم مِّن
لِّينَةٍ أَوۡ تَرَڪۡتُمُوهَا قَآٮِٕمَةً عَلَىٰٓ أُصُولِهَا فَبِإِذۡنِ ٱللَّهِ
وَلِيُخۡزِىَ ٱلۡفَـٰسِقِينَ
Artinya : “
Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang
kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan
izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang
fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)
Alam
dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan
mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari
kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah,
sehimgga mereka harus dapat bersahabat.
Selain
itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi
Muhammad SAW. Bersabda : “Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu
terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.
Uraian
tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif,
menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang
demikan dilakuka karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama
lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk
Tuhan itu akan berdampak negative bagi makhluk lainnya.
http://ridho-adester.blogspot.com/2012/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar